#From Mars & Venus together forever
Kaum pria menduga bahwa seorang wanita yang marah itu kaku dalam berpikir. Mereka tidak sadar bahwa pada saat semacam itu, manakala seorang wanita berbicara tentang perasaan-perasaannya dia tidak membuat kesimpulan-kesimpulan atau mengungkapkan pendapat-pendapat yang mantap.
"Apabila seorang wanita mengungkapkan emosi-emosi negatif, umumnya dia sedang dalam proses menemukan apa yang dirasakannya sebagai benar. Dia tidak mengungkapkan suatu fakta objektif."
Dia berbicara untuk "menemukan" tingkat perasaan-perasaan didalam dirinya sendiri---bukan untuk memberiukan deskripsi akurat tentang kenyataan objektif. Itulah yang dilakukan kaum pria. Sebaliknya, kaum wanita lebih menaruh perhatian pada menemukan serta melukiskan apa yang sedang berlangsung dalam dunia batin dan subjektifnya.
Kasus
Sementara itu, saya menunggu Bonnie untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya tentang apa yang menurut perasaannya harus kami beli sebagai pengganti komputer, tetapi dia masih berada di tengah-tengah proses menemukan perasaan-perasaan apa yang bergolak di hatinya. Pada akhirnya, dia berkata pada saya, "Bukan berarti saya sudah memikirkan semuanya ini. Ini hanyalah perasaan. Saya merasa kamu pasti mendapatkan apa yang kamu inginkan sedangkan saya belum tentu, saya dinomorduakan. Mungkin saya kesal karena kamu menginginkan jauh lebih banyak daripada yang saya inginkan. Kalau saya menginginkan sesuatu, keinginan saya itu tampaknya tidak begitu menggetarkan."
Saya menyadari bahwa, "Bukan berarti saya sudah memikirkan segalanya" berarti dia masih bicara tentang perasaannya, bukan fakta. Tetapi bahkan dengan bantuannya, saya masih berusaha mengelak dan menghindar dari perasaan dikritik dan diremehkan. Di dalam hati, saya amat marah.
"Bagaimana mungkin kamu mengatakan dinomorduakan?" tanya saya secara diam-diam. Saya melakukan begitu banyak hal demi kamu. Saya bekerja keras agar kamu dapat mempunyai apa saja yang kamu inginkan. Betapa beraninya kamu mengatakan bahwa kamu tidak penting bagi saya! Meskipun hal-hal ini merupakan perasaan saya yang terdalam, saya sepenuhnya sadar betapa buruknya mengungkapkan perasaan-perasaan itu.
Seandainya saya harus "mengatakan kepadanya apa yang saya pikirkan tentang dia", itu hanya akan merupakan usaha untuk meyakinkan dia bahwa dia keliru atau berlaku tidak adil. Saya akan hanya berhasil dalam menyangkal perasaannya dan menegaskan keraguan dan kecurigaannya.
Tetapi dengan mendengarkan tanpa menyerangnya, saya memberinya waktu dan kesempatan untuk lebih banyak bicara, untuk mengingat hal-hal baik tentang diri saya, dan membiarkan komentar-komentar negatif itu hilang dengan sendirinya. Walaupun saya marah, saya yakin dia akan segera tenang.
Apabila seorang wanita mempunya kesempatan untuk membagikan perasaannya dengan bebas, dia mulai merasa lebih penuh kasih sayang. Terkadang dia mungkin menyadari betapa salah, tidak tepat, atau tidak adilnya pernyataan-pernyataannya, tetapi sering kali dia melupakan begitu saja pernyataan-pernyataan tersebut sewaktu dia mulai melihat segala sesuatunya dari sudut pandang yang lebih penuh kasih sayang.
Sulit bagi pria untuk segera menyadari perubahan suasana hati ini karena hal tersebut asing bagi kodrat mereka dan mereka sungguh tidak dapat membayangkannya. Apabila seorang pria marah, dia cenderung tetap marah kecuali orang tersebut sepakat dengannya dalam hal-hal penting atau sampai dia dapat menemukan suatu pemecahan. Mendengarkan pria itu sungguh-sungguh dan menggangguk-anggukkan kepala Anda sebagai tanda simpati tidaklah cukup bila dia betul-betul marah.
Setelah seorang wanita menyampaikan suatu perasaan negatif, pria secara keliru mengganggap hal itu sebagai kesimpulannya yang "final" dan berpikir bahwa wanita itu menuduhnya. Dia tidak tahu bahwa perasaan-perasaan wanita akan berubah bila dia sekadar membiarkan dia untuk mengungkapkannya.
"Kalau wanita tidak mau bicara, biasanya karena mereka merasa tidak aman, tidak merasakan perhatian Anda, atau merasa bahwa Anda tidak mau memahaminya. Perlawanan ini hanya dapat diatasi dengan bertahan secara lembut"
No comments:
Post a Comment