#From Mars & Venus together forever
Cukup lazim dalam konseling, seorang wanita akan menyampaikan perasaan-perasaannya dan pria akan merasa diserang dan dipersalahkan. Beginilah ceritanya :
Pria : "Kamu menuduh saya"
Wanita : "Tidak, saya tidak menuduh. Saya hanya mengutarakan perasaan-perasaan saya."
Pria : "Tetapi perasaan-perasaanmu mengatakan kepada saya bahwa kamu menuduh saya. Bila kamu mengatakan kamu merasa diabaikan, kamu mengatakan bahwa saya tidak memperhatikanmu. Bila kamu berkata bahwa kamu tidak merasa dicintai, kamu menuduh saya."
Wanita : "Tidak, saya tidak menuduhmu. Saya cuma mengatakan bagaimana perasaan saya. Saya tidak mengatakan sesuatupun tentang kamu."
Pria : "Kamu jelas mengatakannya! Sayalah satu-satunya orang yang kamu nikahi."
Wanita : "Saya tidak dapat bicara dneganmu."
Pria : "Nah, sekali lagi kamu menuduh saya karena perasaanmu."
Tanpa campur tangan tertentu, mereka akan terus bertengkar sampai mereka menyerah karena frustasi.
Kaum pria harus memahami apa yang sebetulnya terjadi didalam diri seorang wanita bila dia sepertinya menuduh. Pada sisi lain, wanita dapat membuat komunikasi jauh lebih mudah dengan menghargai mengapa pasangannya membayangkan bahwa dia sedang menuduhnya.
Sewaktu pria mulai memahami pemikiran dan proses perasaan wanita, mereka akan melihat bahwa dari sudut pandang kaum wanita, wanita sesungguhnya tidak menuduh kaum pria.
Selama bertahun-tahun saya tidak dapat memahami hal itu bilamana saya mendengarkan istri saya. Sungguh sulit untuk mengelak bila saya merasa terus-menerus dituduh. Sewaktu dia membagikan perasaan-perasaannya, saya akan merasakan suatu kebutuhan mendesak untuk bertengkar dengannya. Kemudian pada suatu hari semuanya berubah. Itu merupakan suatu kesadaran yang berlangsung sewaktu saya menemani istri saya berbelanja.
Sewaktu saya mengamati istri saya berbelanja, saya memperhatikan suatu perbedaan yang menyolok diantara kami. Kalau saya berbelanja, saya mencari apa yang saya inginkan, membelinya, dan keluar secepat mungkin, seperti seorang pemburu yang habis membunuh buruannya dan cepat-cepat pulang ke rumah dengan buruannya itu. Tetapi Bonnie sangat gembira sewaktu mencoba banyak baju.
Ketika pada akhirnya dia memasuki sebuah toko yang menarik hatinya, saya merasa lega dan dapat mengistirahatkan diri di sebuah kursi di dekat kamar pas. Dia sangat tertarik pada beberapa baju. Saya menjadi sangat tertarik karena bukan saja dia akan bahagia, kami pun akhirnya dapat pulang. Betapa kelirunya saya!
Bukannya membeli satu-dua baju dengan cepat, dia malah membutuhkan waktu lebih lama untuk mencoba pakaian itu satu demi satu supaya bisa merasakannya. Sewaktu dia melihat-lihat ke cermin, dia mengucapkan komentar-komentar seperti, "Yang satu ini kayaknya cocok deh. Ya, nggak? Tapi saya tidak yakin. Apakah ini sungguh-sungguh saya? Corak warnanya bagus. Saya sungguh menyukai panjangnya."
Akhirnya dia mengatakan, "Tidak, ini tidak cocok buat saya." Adegan ini diulangi untuk baju-baju yang lain, satu demi satu. Terkadang sebelum melepas yang satu dia akan berkata dengan tegas, "Saya menyukai yang satu ini."
Setelah begini selama empat puluh lima menit, kami pergi tanpa membeli apapun juga. Saya kaget, dia sama sekali tidak frustasi. Saya tak bisa membayangkan membuang begitu banyak waktu dan energi untuk berburu, kemudian pulang ke rumah dengan tangan kosong, dan masih merasa bahagia.
No comments:
Post a Comment